Haloo semuaaa :D kali ini mimin lagi UTS, nah pas banget besok mau uts geo, sekalian ku share yaa, biar adek adek atau temen temen bisa mbaca dan be smart one :D. Oke gak perlu basa basi lagi, Cekidot! :D
A.
Teori-teori Pembentukan Muka Bumi
1.
Teori Kontraksi (James Dana &Elie De Baumant)
Teori ini
mengemukakan bahwa permukaan bumi tidak rata dikarenakan bagian bawahnya
mengalami pendinginan secara drastis, sehingga permukaan bumi mengkerut.
Terhadap teori ini timbul berbagai kritik, misalnya pandangan bahwa bumi tidak
akan mengalami pendinginan secara drastis karena terdapat banyak unsur
radioaktif, reaksi antar unsur penyusun batuan, pergeseran kerak bumi dan
rotasi bumi yang selalu menghasilkan panas.
2.
Teori Laurasia-Gondwana (Eduard Zuess & Frank B.
Taylor)
Mula-
mula ada dua benua yang berlokasi di kedua kutub bumi, yaitu laurasia di utara
dan gonwana di selatan. Kemudian keduanya bergerak perlahan-lahan ke equator
kemudian terpecah menjadi beberapa benua seperti yang ada sekarang. Amerika Selatan,
Afrika, Australia & India dikatakan dahulu bagian dari benua Gonwana,
sedang bunua lain bagian dari benua Laurasia
3.
Teori Apungan Benua(Alfred Wegener)
Benua-benua
yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang
bernama Pangea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun
yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.
Bukti bukti tentang adanya
super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta
sebagai berikut:
a.
Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :
Adanya
kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur dengan
garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila
dicocokan atau dihimpitkan satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga
bahwa kedua benua tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan adanya
kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener mencoba untuk mencocokkan
semua benua-benua yang ada di muka bumi.
b.
Persebaran Fosil :
Diketemukannya
fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan
terpisah di beberapa benua :
1.
Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar
240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua
Afrika.
2.
Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau
air tawar dan sungai yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di
benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
3.
Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan
sekitar 240 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan
Antartika.
4.
Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta
tahun yang lalu, dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India,
Australia, dan Antartika.
c.
Kesamaan Jenis Batuan :
Jalur pegunungan Appalachian yang
berada di bagian timur benua Amerika Utara dengan sebaran berarah timur laut
dan secara tiba-tiba menghilang di pantai New Foundlands. Pegunungan yang
umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga dijumpai di British Island dan
Scandinavia. Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum
terjadinya pemisahan/ pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu
jalur pegunungan yang menerus.
Dengan cara mempersatukan/
mencocokan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang dipisahkan oleh suatu lautan
memang diperlukan, akan tetapi data-data tersebut belum cukup untuk membuktikan
hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata lain, jika suatu
benua telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan
bukti-bukti bahwa struktur geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun
bukti-bukti dari kenampakan geologinya cocok antara benua-benua yang dipisahkan
oleh lautan, namun belum cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua tersebut
telah mengalami pengapungan.
4.
Teori Konveksi(Arthur Holmes)
Mengemukakan bahwa
terdapat adanya aliran konveksi dalam lapisan astenosfer dimana pengaruhnya
sampai ke kerak bumi di atasnya. Penyebab dari aliran konveksi ini diduga
sebagai akibat perbedaan densitas di lapisan atas dan bawah dalam astenosfer.
5.
Teori Pemekaran Dasar Samudera(Robert Diezt)
Sesudah
perang dunia ke II, sejak tahun 1950-an, alat-alat seperti echosunder,
magnetometer, gravitemeter, seismograf dan sebagainya mulai dikembangkan
sehingga memungkinkan penelitian geologi di dasar laut yang dalam. Terungkaplah
bahwa bukan hanya benua yang bergeser melainkan dasar laut juga melainkan
pergeseran. Diketemukan adanya rangkaian pegunungan dasar laut yang umumnya
terletak di tengah dasar laut yang dikenal sebagai Mid- Ocean Ridge.
Arah pergeseran dasar
laut yaitu dari Mid-Ocean Ridge ke dua arah yang berlawanan. Tahun 1962 Harry
H. Hess dalam bukunya History of the Ocean Basin, mengemukakan hipotesisnya
bahwa aliran konveksi di asthenosfer ada yang sampai ke permukaan bumi yaitu di
Mid-Ocean Ridge. Di puncak Mid-Oceanic
Ridge tersebut lava mengalir keluar kemudian menyebar kedua lereng pegunungan
tersebut. Ahli geologi dasar laut Amerika Serikat, Robert Diets, kemudian
mengembangkan hipotesis Hess. Perkembangan penelitian topografi dasar laut
membawa bukti- bukti baru mengenai terjadinya pergeseran dasar laut dari arah
Mid-Oceanic Ridge ke kedua sisinya. Kenyataan seperti itu juga terlihat oleh Ekspedidi Glomar Chalengger pada tahun
1968. Penyelidikan umur sedimen dasar laut juga mendukung hipotesis
tersebut, dimana semakin jauh dari Mid-Ocean Ridge, maka semakin tua umur
batuan sedimen. Ini berarti ada pergeseran dasar laut dari arah Mid-Ocean Ridge. Beberapa dari Mid-Ocean Ridge tersebut adalah: Mid-Atlantic Ridge, East Pasific Rise,
Atlantic-Indian Ridge, Pasific-Antartic Ridge
6.
Teori Tektonik Lempeng(Dan Mc Kenzie dan Robert Parker)
Teori
ini adalah penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya, yaitu teori konveksi,
apungan benua, dan pemekaran dasar samudera. Menurut teori ini kulit bumi
(kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di
atas lapisan yang lebih kental yang disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak
bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan
bumi. Namun, akibat adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan
kerak bumi pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah
yang disebut lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk
selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng
tektonik; merupakan dasar dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi,
peristiwa gunung berapi, pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa
geologi lainnya
B.
Lempeng Kerak Bumi
Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu lempeng mayor (lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng kecil).
1.
7 Lempeng Utama yaitu:
a.
Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini
merupakan Lempeng Samudera yang meliputi Seluruh Samudera Pasifik.
b.
Lempeng Eurasia (Eurasian
Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua, meliputi Asia dan Eropa.
c.
Lempeng India-Australia
(Indian-Australian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng samudera meliputi
Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang
lalu).
d.
Lempeng Afrika (African Plate),Ini
merupakan lempeng benua, meliputi seluruh Afrika.
e.
Lempeng Amerika Utara (North
American Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua, meliputi Amerika Utara
dan Siberia timur laut.
f.
Lempeng Amerika Selatan (South
American Plate), Ini merupakan lempeng benua yang meliputi Amerika Utara.
g.
Antartika (Antartic Plate), Lempeng
ini merupakan lempeng benua yang meliputi seluruh Antartika.
2.
6 Lempeng Minor yaitu:
a.
Lempeng Nasca (Nasca plate), diapit
oleh Pacific Plate, Cocos Plate, South American Plate, Antartic Plate.
b.
Lempeng Arab (Arabian Plate), diapit
oleh oleh African Plate, Iranian Plate dan Turkish Plate
c.
Lempeng Karibia (Caribian Plate),
diapit oleh South American Plate, North American Plate dan Cocos Plate
d.
Lempeng Philippines (Phillippines
Plate), diapit oleh Pacific Plate, Indian – Australian Plate dan Eurasian
Plate.
e.
Lempeng Scotia (Scotia Plate),
Lempeng ini terletak di antara Antartica plate dan South American Plate.
f.
Lempeng Cocos (Cocosa Plate), diapit
oleh Nazca Plate, Rivera Plat, Caribbean Plate dan North American Plate.
C. Pergerakan Lempeng tektonik
Berdasarkan arah gerak lempeng pada
batas interaksi lempeng, dikenal ada 3 tipe batas lempeng
1.
Konvergen, yaitu batas dua lempeng yang saling
mendekati/ bertabrakan.
Jika lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng
dasar laut maka salah satunya akan mengalami subduksi, membenam dibawah yang
lain. Lempeng yang turun menghasilkan palung
laut dan pada kedalaman 50-100 km sebagian mulai mengalami peleburan menghasilkan
magma andesit. Magma andesit yang terbentuk menyusup keatas melalui retakan-
retakan akibat tabrakan antar lempeng, membentuk busur vulkanik berupa deretan
pulau-pulau vulkanis sejajar dengan palung. Contohnya Lempeng Pasifik bertubrukan
dengan Lempeng Asia, dimana lempeng pasifik mengalami subduksi dibawah Irian-Filipina-Jepang.
Jika lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng benua maka lempeng dasar
laut membenam di bawah lempeng benua karena batuan dasar laut lebih berat.
Kenampakan yang dihasilkan sama saja dengan tabrakan dasar laut dengan dasar
laut, hanya letak palung dekat tepi benua dan busur vulkanik tidak berupa
pulau-pulau vulkanik melainkan pegunungan tepi benua. contohnya subduksi Lempeng Nazca dibawah Lempeng Amerika Selatan.
Jika lempeng benua bertabrakan dengan lempeng benua maka kedua lempeng
benua akan saling bertumpuk satu sama lain, karena batuannya sama- sama ringan,
maka tidak ada yang menunjam dibawah yang lain. Hasilnya adalah rangkaian
pegunungan di pedalaman benua baru yang lebih besar, hasil penggabungan dua
benua. Contohnya terbentuknya Pegunungan Himalaya, dimana Lempeng India bergerak
ke utara bertabrakan dengan Lempeng Eurasia.
2.
Divergen, yaitu batas dua lempeng yang saling
menjauh.
Pergerakan lempeng yang saling
menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi
aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun
saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang
masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung
secara continue. Tipe batas lempeng
ini umumnya di jumpai di pegunungan tengah samudra (Mid–Ocean Ridge) seperti
Mid-Atlantik Ridge, East Pasifik Rise, Atlantik Indian Ridge, Pacifik –
Antartik Ridge. Contohnya terbentuknya
gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika
3.
Transform, yaitu batas dua lempeng yang saling
berpapasan.
Pergerakan lempeng yang saling
melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan
sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng
hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan
luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan
dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh
hasil dari pergerakan lempeng ini adalah Patahan San Andreasdi Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk
karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng
Pasifik bergerak ke arah utara.
D. Struktur- Struktur Diastropik
Muka bumi terbentuk melalui berbagai
proses antara lain melalui proses distropisme berupa patahan atau lipatan. Terjadinya
bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi.
Gerakangerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang
menghasilkan pola baru yang disebut struktur
diastropik. Pola baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan.
1.
Struktur
Pelengkungan (Warping)
Lapisan batuan yang baru terbentuk
cenderung mendatar. Lapisan yang semula mendatar bila mendapat tekanan vertikal
tidak merata dan akan membentuk struktur batuan yang melengkung. Pelengkungan
dapat mengarah ke atas yang disebut kubah (dome)
dan dapat mengarah ke bawah yang disebut cekungan (basin).
2.
Struktur
Lipatan (Folding)
Struktur lipatan terbentuk apabila
lapisan itu mengalami tekanan lemah. Akibat tekanan tersebut lapisan yang
semula mendatar akan terlipat-lipat. Bagian puncak lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal. bentuk lipatan dapat
dibedakan menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut:
a.
Flekstur (flexsure), yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan
putusnya lapisan batuan.
b.
Lipatan tegak (upright fold) = lerengnya simetris.
c.
Lipatan miring (oblique fold) = lereng-lerengnya tidak simetris.
d.
Lipatan terletak (overturned fold) = lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
e.
Lipatan menutup (lying fold) = lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain namun ukurannya
kebih besar.
3.
Struktur
Patahan (Faulting)
Struktur patahan terbentuk apabila
tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat plastis
batuan. Berdasarkan arah gerak batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima
tipe patahan, yaitu sebagai berikut :
·
Normal Fault
Normal fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah gaya berat,
yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.
·
Reserve Fault
Reserve fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
·
Strike-slip Fault
Strike-slip Fault adalah patahan yamg arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang
patahan.
·
Obligue-slip Fault
Obligue-slip Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah
mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.
·
Rotational Fault
Rotational Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar pada bidang patahan.
4.
Struktur
Retakan ( Jointing )
Struktur retakan terbentuk karena
gaya regangan yang menyebabkan batuan menjadi retak-retak. Pada struktur
retakan blok batuan masih tetap di tempatnya dan tidak mengalami pergeseran
tempat.
E.
Bentukan Geomorfologi
1.
Bentuk Lahan Asal Struktural
Bentuk lahan asal
struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah terusik oleh suatu
tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk karena adanya proses endogen
berupa tektonisme atau diatropisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan
dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi lipatan dan
patahan. Selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan struktur asli
sebelum mengalami perubahan.
Satuan
bentuk lahan asal struktural :
·
Pegunungan blok sesar
·
Teras struktural
·
Gawir sesar
·
Graben (slenk)
·
Pegunungan/ perbukitan antiklinal
·
Horst
·
Pegunungan/ perbukitan sinklinal
2.
Bentuk Lahan Asal Volkanis
Volkanisme adalah
berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi.
Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan yang secara makro disebut
bentukan vulkanis, hal ini lebih didasarkan pada batuan penyusun berupa batuan
vulkanis dengan berbagai jenisnya.
Indikasi
bentuk lahan vulkanis :
a.
Pola aliran radial sentrifugal
menyebar secara menjari menjauhi satu titik
b.
Pada titik puncak terdapat depresi
yang merupakan crater. Indikasi ini terdapat pada volkan stadia muda, pada
stadia dewasa atau tua posisi crater tidak selalu di titik puncak.
c.
Apabila materinya piroklastik
badan vulkan meruncing
d.
Apabila lava intermediet membentuk
struktur bantal
3.
Bentuk Lahan Asal Denudasional
Merupakan
suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses- proses pelapukan erosi, gerak
masa batuan dan proses pengendapan. Dengan demikian dapat terjadi karena
degradasi dan agradasi.
Satuan
bentuk lahan asal denudasional
a.
Pegunungan/ perbukitan
denudasional
b.
Peneplain
c.
Inselberg (perbukitan sisa
terpisah)
d.
Lereng kaki
e.
Lahan rusak
f.
Kerucut talus
4.
Bentuk Lahan Asal Fluvial
Bentuk lahan asal
fluvial adalah semua bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik
yang terkonsentrasi berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang
berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi
mekanisme proses erosi, transportasi dan sedimentasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas
aliran
a.
Curah hujan
b.
Porositas dan permeabilitas batuan
c.
Daerah berbatuan kapur, aktivitas
aliran berada di bawah permukaan (under
ground run off)
d.
Daerah kering dengan vegetasi
kurang, di tempet ini aktivitas aliran besar.
e.
Daerah impermeabel, aktivitas
aliran bertambah sebagai surface run off
karena air tertahan oleh lapisan impermeabel di bawah permukaan.
5.
Bentuk Lahan Asal Marin
Bentuk lahan yang di
hasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Akibat
keberadaan gelombang dan arus laut akan menghasilkan bentuk lahan asal marin
baik bentuk lahan erosional (seperti: dinding terjal) maupun deposisional
(seperti : delta, beting gisik, sediment marin, tombolo dan spit)
Bentuk topografi pantai :
a.
Bentuk – bentuk hasil erosi (gua
laut, celah, teras- teras)
b.
Bentuk- bentuk sisa erosi (cliff,
stack, arc, head land)
c.
Bentuk- bentuk hasil pengendapan
(gisik, gosong pasir, guguk pasir pantai)
6.
Bentuk Lahan Asal Solusional
Bentuk lahan asal
solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah
berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi
karst. Topografi karst dibentuk oleh bentukan lahan asal solusional sehingga
dihasilkan pelarutan batuan gamping/ kapur dengan tenaga pelarut aliran air
permukaan, air perkolasi, dan aliran bawah tanah.
Bentuk lahan karst :
a.
Bentuk lahan negatif
·
Doline
·
Uvala
·
Polje
·
Lembah buta (Blind valley)
b.
Bentuk lahan positif
·
Kerucut karst
·
Menara karst
·
Gua kapur
·
Stalaktit dan Stalakmit
7.
Bentuk Lahan Asal Aeolian
Bentuk lahan yang dihasilkan
oleh gerakan angin. Angin merupakan salah satu agen yang menyebabkan erosi
setelah air, gelombang dan es. Bentuk lahan ini umumnya berkembang di daerah
beriklim kering (arid). Angin hanya mengangkut material yang ringan dengan
besar butir yang paling kecil, sehingga bentuk lahan asal aeolian ini tersusun
materi – materi lepas dengan tekstur yang halus.
Bentuk – bentuk hasil erosi angin :
a.
Desert pavement
b.
Blow out
c.
Ventifact
d.
Yardang
Bentuk – bentuk hasil
pengendapan angin :
a.
Loess
b.
Endapan pasir
c.
Gumuk pasir