Rabu, 25 September 2013

Teori Pembentukan Muka Bumi

Haloo semuaaa :D kali ini mimin lagi UTS, nah pas banget besok mau uts geo, sekalian ku share yaa, biar adek adek atau temen temen bisa mbaca dan be smart one :D. Oke gak perlu basa basi lagi, Cekidot! :D

 A.      Teori-teori Pembentukan Muka Bumi
1.        Teori Kontraksi (James Dana &Elie De Baumant)
Teori ini mengemukakan bahwa permukaan bumi tidak rata dikarenakan bagian bawahnya mengalami pendinginan secara drastis, sehingga permukaan bumi mengkerut. Terhadap teori ini timbul berbagai kritik, misalnya pandangan bahwa bumi tidak akan mengalami pendinginan secara drastis karena terdapat banyak unsur radioaktif, reaksi antar unsur penyusun batuan, pergeseran kerak bumi dan rotasi bumi yang selalu menghasilkan panas.
2.        Teori Laurasia-Gondwana (Eduard Zuess & Frank B. Taylor)
            Mula- mula ada dua benua yang berlokasi di kedua kutub bumi, yaitu laurasia di utara dan gonwana di selatan. Kemudian keduanya bergerak perlahan-lahan ke equator kemudian terpecah menjadi beberapa benua seperti yang ada sekarang. Amerika Selatan, Afrika, Australia & India dikatakan dahulu bagian dari benua Gonwana, sedang bunua lain bagian dari benua Laurasia
3.        Teori Apungan Benua(Alfred Wegener)
            Benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini.
Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut:
a.         Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :
Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur dengan garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila dicocokan atau dihimpitkan satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener mencoba untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.
b.        Persebaran Fosil :
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan terpisah di beberapa benua :
1.         Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
2.         Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
3.         Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
4.         Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
c.         Kesamaan Jenis Batuan :
Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara dengan sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai New Foundlands. Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga dijumpai di British Island dan Scandinavia. Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan/ pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan yang menerus.
Dengan cara mempersatukan/ mencocokan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data-data tersebut belum cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan geologinya cocok antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami pengapungan.
4.        Teori Konveksi(Arthur Holmes)
Mengemukakan bahwa terdapat adanya aliran konveksi dalam lapisan astenosfer dimana pengaruhnya sampai ke kerak bumi di atasnya. Penyebab dari aliran konveksi ini diduga sebagai akibat perbedaan densitas di lapisan atas dan bawah dalam astenosfer.
5.        Teori Pemekaran Dasar Samudera(Robert Diezt)
            Sesudah perang dunia ke II, sejak tahun 1950-an, alat-alat seperti echosunder, magnetometer, gravitemeter, seismograf dan sebagainya mulai dikembangkan sehingga memungkinkan penelitian geologi di dasar laut yang dalam. Terungkaplah bahwa bukan hanya benua yang bergeser melainkan dasar laut juga melainkan pergeseran. Diketemukan adanya rangkaian pegunungan dasar laut yang umumnya terletak di tengah dasar laut yang dikenal sebagai Mid- Ocean Ridge.
Arah pergeseran dasar laut yaitu dari Mid-Ocean Ridge ke dua arah yang berlawanan. Tahun 1962 Harry H. Hess dalam bukunya History of the Ocean Basin, mengemukakan hipotesisnya bahwa aliran konveksi di asthenosfer ada yang sampai ke permukaan bumi yaitu di Mid-Ocean Ridge. Di puncak  Mid-Oceanic Ridge tersebut lava mengalir keluar kemudian menyebar kedua lereng pegunungan tersebut. Ahli geologi dasar laut Amerika Serikat, Robert Diets, kemudian mengembangkan hipotesis Hess. Perkembangan penelitian topografi dasar laut membawa bukti- bukti baru mengenai terjadinya pergeseran dasar laut dari arah Mid-Oceanic Ridge ke kedua sisinya. Kenyataan seperti itu juga terlihat oleh Ekspedidi Glomar Chalengger pada tahun 1968. Penyelidikan umur sedimen dasar laut juga mendukung hipotesis tersebut, dimana semakin jauh dari Mid-Ocean Ridge, maka semakin tua umur batuan sedimen. Ini berarti ada pergeseran dasar laut dari arah Mid-Ocean Ridge. Beberapa dari Mid-Ocean Ridge tersebut adalah: Mid-Atlantic Ridge, East Pasific Rise, Atlantic-Indian Ridge, Pasific-Antartic Ridge
6.        Teori Tektonik Lempeng(Dan Mc Kenzie dan Robert Parker)
            Teori ini adalah penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya, yaitu teori konveksi, apungan benua, dan pemekaran dasar samudera. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih kental yang disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi, pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya
  
B.       Lempeng Kerak Bumi
Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng mayor (lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng kecil).
1.        7 Lempeng Utama yaitu:
a.         Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini merupakan Lempeng Samudera yang meliputi Seluruh Samudera Pasifik.
b.         Lempeng Eurasia (Eurasian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua, meliputi Asia dan Eropa.
c.         Lempeng India-Australia (Indian-Australian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng samudera meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu).
d.        Lempeng Afrika (African Plate),Ini merupakan lempeng benua, meliputi seluruh Afrika.
e.         Lempeng Amerika Utara (North American Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut.
f.          Lempeng Amerika Selatan (South American Plate), Ini merupakan lempeng benua yang meliputi Amerika Utara.
g.         Antartika (Antartic Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua yang meliputi seluruh Antartika.
2.        6 Lempeng Minor yaitu:
a.         Lempeng Nasca (Nasca plate), diapit oleh Pacific Plate, Cocos Plate, South American Plate, Antartic Plate. 
b.         Lempeng Arab (Arabian Plate), diapit oleh oleh African Plate, Iranian Plate dan Turkish Plate 
c.         Lempeng Karibia (Caribian Plate), diapit oleh South American Plate, North American Plate dan Cocos Plate 
d.        Lempeng Philippines (Phillippines Plate), diapit oleh Pacific Plate, Indian – Australian Plate dan Eurasian Plate.
e.         Lempeng Scotia (Scotia Plate), Lempeng ini terletak di antara Antartica plate dan South American Plate.
f.          Lempeng Cocos (Cocosa Plate), diapit oleh Nazca Plate, Rivera Plat, Caribbean Plate dan North American Plate.

C.      Pergerakan Lempeng tektonik
Berdasarkan arah gerak lempeng pada batas interaksi lempeng, dikenal ada 3 tipe batas lempeng
1.        Konvergen, yaitu batas dua lempeng yang saling mendekati/ bertabrakan.
Jika lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng dasar laut maka salah satunya akan mengalami subduksi, membenam dibawah yang lain. Lempeng yang turun menghasilkan palung laut dan pada kedalaman 50-100 km sebagian mulai mengalami peleburan menghasilkan magma andesit. Magma andesit yang terbentuk menyusup keatas melalui retakan- retakan akibat tabrakan antar lempeng, membentuk busur vulkanik berupa deretan pulau-pulau vulkanis sejajar dengan palung. Contohnya Lempeng Pasifik bertubrukan dengan Lempeng Asia, dimana lempeng pasifik mengalami subduksi dibawah Irian-Filipina-Jepang.
Jika lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng benua maka lempeng dasar laut membenam di bawah lempeng benua karena batuan dasar laut lebih berat. Kenampakan yang dihasilkan sama saja dengan tabrakan dasar laut dengan dasar laut, hanya letak palung dekat tepi benua dan busur vulkanik tidak berupa pulau-pulau vulkanik melainkan pegunungan tepi benua. contohnya subduksi Lempeng Nazca dibawah Lempeng Amerika Selatan.
Jika lempeng benua bertabrakan dengan lempeng benua maka kedua lempeng benua akan saling bertumpuk satu sama lain, karena batuannya sama- sama ringan, maka tidak ada yang menunjam dibawah yang lain. Hasilnya adalah rangkaian pegunungan di pedalaman benua baru yang lebih besar, hasil penggabungan dua benua. Contohnya terbentuknya Pegunungan Himalaya, dimana Lempeng India bergerak ke utara bertabrakan dengan Lempeng Eurasia.

2.        Divergen, yaitu batas dua lempeng yang saling menjauh.
Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara continue. Tipe batas lempeng ini umumnya di jumpai di pegunungan tengah samudra (Mid–Ocean Ridge) seperti Mid-Atlantik Ridge, East Pasifik Rise, Atlantik Indian Ridge, Pacifik – Antartik Ridge.  Contohnya terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika

3.        Transform, yaitu batas dua lempeng yang saling berpapasan.
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah Patahan San Andreasdi Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara.

D.      Struktur- Struktur Diastropik
Muka bumi terbentuk melalui berbagai proses antara lain melalui proses distropisme berupa patahan atau lipatan. Terjadinya bentuk muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. Gerakangerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Pola baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan.
1.        Struktur Pelengkungan (Warping)
Lapisan batuan yang baru terbentuk cenderung mendatar. Lapisan yang semula mendatar bila mendapat tekanan vertikal tidak merata dan akan membentuk struktur batuan yang melengkung. Pelengkungan dapat mengarah ke atas yang disebut kubah (dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut cekungan (basin).

2.        Struktur Lipatan (Folding)
Struktur lipatan terbentuk apabila lapisan itu mengalami tekanan lemah. Akibat tekanan tersebut lapisan yang semula mendatar akan terlipat-lipat. Bagian puncak lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal. bentuk lipatan dapat dibedakan menjadi  lima macam, yaitu sebagai berikut:
a.        Flekstur (flexsure), yaitu suatu keadaan peralihan antara lekukan dengan putusnya lapisan batuan.
b.        Lipatan tegak (upright fold) = lerengnya simetris.
c.         Lipatan miring (oblique fold) = lereng-lerengnya tidak simetris.
d.        Lipatan terletak (overturned fold) = lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain.
e.         Lipatan menutup (lying fold) = lipatan yang satu menutupi lipatan yang lain namun ukurannya kebih besar.

3.        Struktur Patahan (Faulting)
Struktur patahan terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat plastis batuan. Berdasarkan arah gerak batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima tipe patahan, yaitu sebagai berikut :
·           Normal Fault
Normal  fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.
·           Reserve Fault
Reserve fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
·           Strike-slip Fault
Strike-slip Fault adalah patahan yamg arah gerak blok batuannya mendatar sepanjang bidang patahan.
·           Obligue-slip Fault
Obligue-slip Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya saling menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang yang lebar.
·           Rotational Fault
Rotational Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar pada bidang patahan.

4.        Struktur Retakan ( Jointing )
Struktur retakan terbentuk karena gaya regangan yang menyebabkan batuan menjadi retak-retak. Pada struktur retakan blok batuan masih tetap di tempatnya dan tidak mengalami pergeseran tempat.

E.       Bentukan Geomorfologi
1.        Bentuk Lahan Asal Struktural
Bentuk lahan asal struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk karena adanya proses endogen berupa tektonisme atau diatropisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi lipatan dan patahan. Selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan.
Satuan bentuk lahan asal struktural :
·           Pegunungan blok sesar                                        
·           Teras struktural
·           Gawir sesar                                                         
·           Graben (slenk)
·           Pegunungan/ perbukitan antiklinal                      
·           Horst
·           Pegunungan/ perbukitan sinklinal

2.        Bentuk Lahan Asal Volkanis
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentukan yang secara makro disebut bentukan vulkanis, hal ini lebih didasarkan pada batuan penyusun berupa batuan vulkanis dengan berbagai jenisnya.
Indikasi bentuk lahan vulkanis :
a.         Pola aliran radial sentrifugal menyebar secara menjari menjauhi satu titik
b.        Pada titik puncak terdapat depresi yang merupakan crater. Indikasi ini terdapat pada volkan stadia muda, pada stadia dewasa atau tua posisi crater tidak selalu di titik puncak.
c.         Apabila materinya piroklastik badan vulkan meruncing
d.        Apabila lava intermediet membentuk struktur bantal

3.        Bentuk Lahan Asal Denudasional
            Merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses- proses pelapukan erosi, gerak masa batuan dan proses pengendapan. Dengan demikian dapat terjadi karena degradasi dan agradasi.
Satuan bentuk lahan asal denudasional
a.         Pegunungan/ perbukitan denudasional
b.        Peneplain
c.         Inselberg (perbukitan sisa terpisah)
d.        Lereng kaki
e.         Lahan rusak
f.         Kerucut talus

4.        Bentuk Lahan Asal Fluvial
Bentuk lahan asal fluvial adalah semua bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang terkonsentrasi berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi dan sedimentasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas aliran
a.         Curah hujan
b.        Porositas dan permeabilitas batuan
c.         Daerah berbatuan kapur, aktivitas aliran berada di bawah permukaan (under ground run off)
d.        Daerah kering dengan vegetasi kurang, di tempet ini aktivitas aliran besar.
e.         Daerah impermeabel, aktivitas aliran bertambah sebagai surface run off karena air tertahan oleh lapisan impermeabel di bawah permukaan.

5.        Bentuk Lahan Asal Marin
Bentuk lahan yang di hasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang dan arus laut akan menghasilkan bentuk lahan asal marin baik bentuk lahan erosional (seperti: dinding terjal) maupun deposisional (seperti : delta, beting gisik, sediment marin, tombolo dan spit)
Bentuk topografi pantai :
a.         Bentuk – bentuk hasil erosi (gua laut, celah, teras- teras)
b.        Bentuk- bentuk sisa erosi (cliff, stack, arc, head land)
c.         Bentuk- bentuk hasil pengendapan (gisik, gosong pasir, guguk pasir pantai)

6.        Bentuk Lahan Asal Solusional
Bentuk lahan asal solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi karst. Topografi karst dibentuk oleh bentukan lahan asal solusional sehingga dihasilkan pelarutan batuan gamping/ kapur dengan tenaga pelarut aliran air permukaan, air perkolasi, dan aliran bawah tanah.
Bentuk lahan karst :
a.         Bentuk lahan negatif
·           Doline
·           Uvala
·           Polje
·           Lembah buta (Blind valley)
b.        Bentuk lahan positif
·           Kerucut karst
·           Menara karst
·           Gua kapur
·           Stalaktit dan Stalakmit

7.        Bentuk Lahan Asal Aeolian
Bentuk lahan yang dihasilkan oleh gerakan angin. Angin merupakan salah satu agen yang menyebabkan erosi setelah air, gelombang dan es. Bentuk lahan ini umumnya berkembang di daerah beriklim kering (arid). Angin hanya mengangkut material yang ringan dengan besar butir yang paling kecil, sehingga bentuk lahan asal aeolian ini tersusun materi – materi lepas dengan tekstur yang halus.
Bentuk – bentuk hasil erosi angin :
a.         Desert pavement
b.        Blow out
c.         Ventifact
d.        Yardang
Bentuk – bentuk hasil pengendapan angin :
a.         Loess
b.        Endapan pasir
c.         Gumuk pasir